Jumat, 13 Oktober 2023

Dinas Pertanahan Makassar Terima Kunjungan Keturunan Dari Imam Lapeo

Tags




Nuansa Terkini Makassar, - Dinas Pertanahan Kota Makassar menerima kunjungan keturunan dari Imam lapeo dari Sulbar,  Jumat 29 September 2023.



Pesisir barat Pulau Sulawesi merupakan rumah bagi banyak suku bangsa, seperti Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar. Mereka memiliki tradisi yang mengakar kuat lantaran turun temurun dari generasi ke generasi. Dari berbagai komunitas etnis itu, ada yang menerima dakwah Islam, khususnya sejak abad ke-17 Masehi.


Mayoritas masyarakat Mandar pun menerima agama tauhid. Akan tetapi, penerimaan itu cenderung masih mencampur-baurkan antara ajaran Islam dan adat istiadat lama. Hingga akhirnya, muncul dakwah yang meluruskan pemahaman mereka tentang akidah dan ibadah. Salah seorang ulama yang menggerakkan syiar demikian ialah Anre Gurutta Haji (AGH) Muhammad Thahir.


Penduduk Sulawesi Barat, khususnya Mandar, menggelarinya Imam Lapeo. Sebab, tokoh ini merupakan pendiri sekaligus imam pertama masjid di daerah Lapeo, Polewali Mandar. Untuk melancarkan misi dakwahnya, ia menjalanin hubungan baik dengan kalangan bangsawan lokal yang memerintah Kerajaan Balanipa, yaitu Mandawari alias To Milloli.


Ruhiyat dalam karya ilmiahnya, “Imam Lapeo sebagai Pelopor Pembaharuan Islam di Mandar”, mengungkapkan metode dakwah AGH Muhammad Thahir. Menurutnya, sosok yang karab disapa Imam Lapeo itu kerap menyambangi berbagai daerah di wilayah Balanipa. Tujuannya untuk mengajarkan masyarakat tentang dasar-dasar agama Islam. Mereka diperkenalkan pada beragam ilmu, semisal tauhid, fikih, dan tasawuf.


Sering kali, penduduk yang menerima dakwah Imam Lapeo berubah sikapnya. Mereka dahulu cenderung pada kemusyrikan, sesudah dinasihati sang alim kemudian bertobat. Tidak lagi orang-orang itu memberikan sesajen kepada “roh halus” atau mengeramatkan tempat-tempat tertentu.


Anak-anak muda pun tertarik pada tausiyahnya. Mereka perlahan-lahan meninggalkan kebiasaan bermaksiat. Lokasi-lokasi perjudian, mabuk-mabukan, atau bahkan perzinahan mulai sepi ditinggalkan para remaja. (*).